![](file:///C:/DOCUME%7E1/MAN3%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Hanafi dikirim ibunya ke Betawi untuk bersekolah di HBS (Hoogere Burger School). Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkan anaknya menjadi orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya. Masalah biaya, dia berusaha keras untuk selalu memenuhinya walaupun harus meminta bantuan kepada mamaknya, Sutan Batuah.
Selama
di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda, sehingga dia setiap hari
dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi
setamat HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa. Hal ini
karena dia bekerja di kantor asisten residen di Solok. Dia sangat bangga
menjadi orang Belanda walaupun sebenarnya dia seorang pribumi asli. Gaya hidupnya
sangat kebarat-baratan. Bahkan, terkadang melebihi orang barat yang sebenarnya.
Selama
bergaul dengan orang-orang Eropa, Hanafi jatuh hati pada salah seorang gadis
Eropa bernama Corrie. Corrie adala seorang gadis indo Perancis-Belanda.
Hubungan keduanya memang akrab. Mereka suka mengobral berdua. Corrie mau
bergaul dengan Hanafi hanya sebatas teman karena mereka sering bertemu. Namun,
bagi Hanafi, hubungan pertemanan itu diartikan lain, dia merasa bahwa Corrie
pun mencintai dirinya seperti yang ia rasakan. Ketika Hanafi mengemukakan isi
hatinya, Corrie menolak secara halus. Corrie merasa tidak mungkin menjalin
hubungan dengan Hanafi karena perbedaan budaya di antara mereka. Corrie adalah
peranakan Eropa, sedangkan Hanafi orang pribumi. Namun, tampaknya Hanafi tidak
mengerti penolakan itu.
Untuk menghindari Hanafi, Corrie pindah ke Betawi. Di Betawi, dia menegaskan kembali kepada Hanafi mengenai hubungan mereka melalui surat. Dia meminta Hanafi untuk melupakan dirinya. Menerima surat tersebut, Hanafi sangat terpukul dan jatuh sakit. Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan nasihat dari ibunya. Ibunya membujuknya untuk menikahi wanita pribumi pilihan ibunya, Rapiah.
Untuk menghindari Hanafi, Corrie pindah ke Betawi. Di Betawi, dia menegaskan kembali kepada Hanafi mengenai hubungan mereka melalui surat. Dia meminta Hanafi untuk melupakan dirinya. Menerima surat tersebut, Hanafi sangat terpukul dan jatuh sakit. Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan nasihat dari ibunya. Ibunya membujuknya untuk menikahi wanita pribumi pilihan ibunya, Rapiah.
Perkawinan
yang tidak didasari perasaan cinta itu membuat keluarga Hanafi-Rapiah tidak pernah
tenteram. Hanafi sering menyakiti hati Rapiah, marah-marah, dan memaki-makinya
hanya karena persoalan sepele. Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua
perlakuan Hanafi diterimanya dengan pasrah. Hal itu membuat kagum ibu
mertuanya.
Pada
suatu hari, Hanafi digigit anjing gila. Dia harus berobat ke Jakarta. Di
Jakarta, dia bertemu dengan Corrie, gadis yang selalu dirindukannya. Hanafi
berusaha keras untuk memperoleh Corrie. Dia segera mengurus surat-surat untuk
memperoleh hak sebagai orang Belanda. Setelah surat-surat tersebut selesai, dia
memohon Corrie agar bersedia bertunangan dengannya. Karena rasa ibanya kepada
Hanafi, dengan berat hati Corrie menerima permintaan Hanafi. Corrie tahu, bahwa
pertunangan itu akan membuat dirinya dijauhi oleh teman-teman Eropanya.
Pesta
pertunangan itu dilaksanakan di rumah seorang teman Belanda Corrie. Tuan rumah
itu tidak begitu ramah menyambut pertunangan mereka. Dia tidak suka melihat dan
bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang. Namun, pertunangan itu tetap
dilaksanakan dalam suasana hambar.
Sementara
itu, Rapiah dan ibunya tetap menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya, walaupun
mereka telah mengetahui bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie. Walau
ditinggalkan suaminya, Rapiah masih tetap tinggal bersama mertuanya. Hal itu
atas permintaan ibu Hanafi. Dia menyayangi Rapiah melebihi rasa sayangnya
kepada Hanafi. Dia kagum atas kesabaran dan kesetiaan Rapiah terhadap anaknya.
Padahal perlakuan Hanafi terhadap Rapiah sangat keterlaluan, namun Rapiah
selalu memaafkannya.
Sementara
itu, rumah tangga Hanafi dan Corrie tidak seperti yang mereka harapkan. Sedikit
pun tidak ada ketentraman dan kedamaian yang sebelumnya mereka harapkan.
Keluarga mereka dijauhi oleh teman-teman mereka sendiri. Keduanya hidup dalam kondisi
yang membingungkan. Bangsa Eropa tidak mengakui mereka. Demikian pula, bangsa
Hanafi tidak mengakuinya karena keangkuhan dan kesombongan Hanafi.
***
No comments:
Post a Comment